Hari/Tanggal : Selasa, 12 November 2019
Pertemusn ke : 17, ( Kelas VI C,dan VI D)
B. Kejujuran dan Kasih Sayang Rasulullah saw.
1. Nabi Muhammad saw. ”al-Amin ”
Kalian tentunya sudah mempelajari kisah
dua puluh lima nabi. Nabi Muhammad saw.
pasti disebut sebagai nabi kedua puluh lima
atau nabi terakhir. Nabi Muhammad saw.
sejak kecil sudah menjadi yatim piatu. Oleh
sebab itu, beliau sangat mencintai anak yatim
dan menganjurkan umatnya untuk merawat,
mendidik, dan mencintai anak yatim.
Di samping itu, Nabi Muhammad saw. terkenal sangat jujur. Sikap jujur tersebut sudah
diperlihatkan sebelum beliau diangkat menjadi rasul. Pada usia remaja, beliau diminta bantuan
oleh pamannya untuk membawa barang dagangan Siti Khadijah binti Khuwailid yang kaya dan dihormati di Kota Mekah. Pada usia tiga puluh lima tahun, Nabi Muhammad saw. bersama-sama dengan orang-orang Quraisy diminta untuk memperbaiki Ka’bah. Ketika pembangunan sudah sampai ke bagian Hajar Aswad, bangsa Quraisy berselisih tentang siapa yang mendapatkan kehormatan untuk meletakkan Hajar Aswad ke tempatnya semula. Pada akhirnya, mereka sepakat menunjuk Muhammad saw. sebagai orang yang tepat untuk melakukan hal tersebut. Rasulullah pun kemudian menyarankan suatu jalan keluar yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka. Beliau mengambil selembar selendang, kemudian Hajar Aswad itu diletakkan di tengah-tengan selendang tersebut. Beliau lalu meminta seluruh pemuka kabilah yang berselisih untuk memegang ujung-ujung selendang itu.Mereka kemudian mengangkat Hajar Aswad itu bersama-sama. Setelah mendekati tempatnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam-lah yang kemudian meletakkan Hajar Aswad tersebut.
Ini merupakan jalan keluar yang terbaik. Seluruh kabilah setuju dan meridhai
jalan keluar ini. Mereka pun tidak jadi saling menumpahkan darah. Sejak saat itu,
beliau dikenal di antara kaumnya dengan sifat-sifat yang terpuji. Para sahabat dan
pengikutnya sangat menghormati dan mencintai beliau sehingga beliau diberi gelar
”al-Am³n”, artinya orang yang dapat dipercaya.
2. Kasih Sayang Rasulullah saw. terhadap Anak, Keluarga, Orang Tua, dan
Masyarakat
penduduk Mekah tidak menghargai anak
perempuan. Namun, Nabi Muhammad saw.
justru menggendong putrinya Fatimah yang
masih balita sambil ¯awaf – mengelilingi
Ka’bah.
Begitu pula setelah Fatimah dewasa dan
dikaruniai anak; Rasulullah saw. menyayangi
cucunya yang bernama Hasan dan Husein.
Sebagaimana dikisahkan dalam hadiś beliau
yang artinya berikut ini.
”Nabi Muhammad saw. mencium cucunya
Hasan bin Ali r.a., sedangkan di dekat beliau ada
Aqra’ bin Hābis. Aqra’ berkata: ”Aku mempunyai
sepuluh anak, tetapi aku tidak pernah mencium
seorang pun di antara mereka.” Mendengar
hal itu, Rasulullah saw. memandang Aqra’ lalu
bersabda: "Barangsiapa tidak mau berbelas kasih, maka ia tidak akan mendapatkan
belas kasih.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Selain hadi£ di atas hadi£ Rasulullah saw., mengajarkan pula untuk hormat kepada
orang tua seperti dalam hadis yang artinya berikut ini.
”Aku (Ibnu Mas’ud) pernah bertanya kepada Nabi saw. ... ”Amal apakah yang
paling disukai oleh Allah Swt.?” Nabi saw. bersabda: ”Mengerjakan salat tepat pada
waktunya.” Aku bertanya lagi: ”Kemudian apa?” Nabi saw. menjawab: ”Berbaktilah
kepada kedua orang tua.” Aku kembali bertanya: ”Lalu apa lagi?” Nabi saw. menjawab:
”Jihad f³ sab³lill±h.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah saw. tidak pernah menyakiti hati orang lain. Hal itu dapat dibuktikan
dalam hadiś beliau yang artinya: ” Barangsiapa yang beriman kepada Allah Swt. dan
Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (H.R. al-Bukhari dan
Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar