Jumat, 25 November 2011

BERJUANG DIWAKTU MUDA

Dalam sebuah hadis shahih, Rasulullah SAW pernah ditanya oleh seorang sahabat, ''WAHAI RASULULLAH Kapankah waktu sedekah yang paling utama itu?'' Beliau menjawab, '' bersedekah yang paling utama adalah pada waktu muda dan sehat,ketika kalian berkeinginan untuk kaya, dan takut pada kemiskinan.''

Namun kebiasaan yang ada  di kalangan sebagian masyarakat menangguhkan kegiatan untuk kepentingan umat dan agama justru menjelang masa tua. Seolah-olah ibadah dan da’wah hanya berlaku pada saat energi telah terkuras habis untuk menguasai kehidupan duniawi dan mereka merasa rugi jika ketika waktu muda mereka digunakan sebagian hidupnya untuk ibadah kepada allah. banyak yang berfikir melakukan perjuangan mensyiarkan Islam hanyalah diletakkan pada usia tua dan tenaga sisa karena mereka merasa sudah tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengejar dunia.
Banyak contoh dalam kehidupan, seseorang ketika masih muda, memiliki jabatan, harta, maupun kedudukan, sangat jauh dari nilai-nilai agama. Bahkan, cenderung menentang kegiatan-kegiatan keagamaan. Namun, ketika usia menjelang senja, ia mulai kelihatan aktif terlibat dalam kegiatan keislaman. Tentu saja hal ini tidaklah salah, apalagi jika dibandingkan dengan sama sekali tidak sadar.
Akan tetapi, jika memperhatikan hadis di atas, ibadah dan berjuang yang paling utama itu justru dilakukan pada saat usia muda yang enerjik dan penuh vitalitas, ketika keinginan untuk mendapatkan yang terbaik dan terbanyak begitu besar. Demikian pula dengan tobat, yang terbaik adalah dilakukan oleh anak muda yang relatif sedikit dosa dan kesalahannya, atau jika melakukan kesalahan dianggap wajar oleh masyarakat.

Dalam sebuah hadis riwayat Imam Dailami dari Umar, Rasulullah SAW bersabda, ''Tobat itu sangat baik, akan tetapi jika dilakukan oleh anak muda jauh lebih baik ....'' Karena itu, balasan dari Allah SWT bagi anak muda yang mengisi masa mudanya dengan kegiatan yang bermanfaat, sangatlah luar biasa, yaitu kelak di Padang Makhsyar akan mendapatkan naungan-Nya pada saat tidak ada naungan selain naungan-Nya.

Anak muda ini akan dipersamakan dengan enam golongan lainnya, 6 golongan itu adalah pemimpin yang adil, orang yang hatinya selalu terkait dengan masjid, orang yang saling mencintai karena Allah, orang yang suka bangun malam lalu berzikir kepada Allah mengingat segala dosanya hingga mengalir air matanya, orang yang suka berinfak yang disembunyikan sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh tangan kirinya, dan laki-laki yang menolak diajak perbuatan zina oleh wanita cantik dan memiliki kedudukan. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Muslim.

Jika masa muda diisi dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat serta penuh dengan nilai-nilai perjuangan, mudah-mudahan sepanjang hayatnya akan menjadi orang yang istiqamah dalam kebaikan. Dan itulah makna kehidupan yang sesungguhnya bagi orang yang beriman.

MENSUKURI NIKMAT ALLAH SWT


Jika kita sadar akan kepemilikan dan kebesaran Allah serta keagungan karunia-Nya yang telah kita rasakan, tanpa karunia dari-Nya kita tidak akan hadir di muka bumi ini dan tidak akan merasakan betapa indahnya kehidupan ini. Oleh karenanya, sebagai rasa syukur, kita harus selalu menampakannya dalam setiap sikap dan ucapan kita, seperti yang tergambar pada sosok hamba paripurna, Nabi Muhammad, dalam doanya rosul selalu memohon
"Ya Allah, apapun kenikmatan yang ada padaku pada pagi ini, atau ada pada siapu pun di antara manusia, maka itu semua berasal dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu. Maka hanya bagi-Mu lah segala pujian dan segala kesyukuran"
"Ya Allah, Engkau adalah Rabb-ku (Pencipta, Pemilik dan Pengaturku), tiada sesembahah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah yang menciptakanku, dan akupun menjadi budak-Mu, dan aku tetap berpegang teguh kepada janji-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan apa yang telah aku lakukan; aku mengakui semua karunia-Mu kepadaku, dan aku mengakui pula dosa-dosaku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa selain Engkau". 
 Anak-anakku sekalian, Do`a dan dzikir yang selalu beliau ucapkan itu, menunjukkan betapa tingginya kesadaran Rasulullah akan kebesaran dan keagungan Allah atas dirinya dan atas alam semesta ini (kedua do’a ini selalu rasul lantunkan setiap pagi dan sore. Itulah pribadi rosulullah yg agung yng harus kita contoh.
Anak-anakku sekalian, namun Sebaliknya, ketika kita tidak sadar akan kepemilikan Allah atas alam semesta dan diri kita, maka lahir sikap dan sifat yang sangat tercela, kita sombong, kita angkuh dan kufur.inilah penyakit-penyakit sosial yang sangat berbahaya yg harus kita hindari. 
Anak-anakku sekalian, Lihatlah sosok manusia angkuh nan sombong yang diabadikan kisahnya oleh Allah di dalam al-Qur'an untuk dijadikan sebagai `ibroh dan pelajaran. Dialah Fir`aun yang memproklamirkan diri sebagai tuhan dan memaksa rakyatnya agar menyembah kepadanya. Dia tidak sadar, bahwa dirinya adalah milik dan ciptaan Allah yang sangat terbatas dan lemah, yg tidak dapat menghindarkan dirinya dari kematian! Ia buat atauran-aturan, lalu ia paksa manusia yang tidak berdaya untuk mematuhinya, termasuk keharusan menyembah dan mengagung-agungkan dirinya. Dan jika mereka tidak mau tunduk, maka pedang terhunus selalu siap memenggal leher kepalanya.
Anak-anaku sekalian Sesungguhnya banyak sekali manusia, kecuali orang yang dilindungi Allah, yang tidak menyadari kenyataan ini, berjalan di permukaan bumi tidak merasa dimiliki Allah, tidak sadar bahwa Allah mengetahui dan melihat seluruh apa yang ia lakukan, dan akan membalasnya nanti di akhirat. Akibat-nya, ia diperbudak oleh hawa nafsu, senang melakukan kemaksiatan dan perbuatan dosa, senang meninggalkan shalat, enggan bertobat dan berbuat kebajikan.
Untuk itu, kita harus sadar Sesungguhnya jasad kita amatlah rapuh bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Keistemewaan kita dari makhluk yang lain hanyah terletak pada akal kita. Akal kita pun sangat terbatas kemampuannya bila dibandingkan dengan kekuasaan Allah.  oleh karena itu, gunakanlah akal dan segala nikmat yg telah allah anugerahkan kepada kita dengan sebaik-baiknya. coba lihat dan jadikan orang tua dan guru-guru kita sebagai contoh, untuk mendapatkan kesuksesan yg sekarang telah mereka raih itu, bukan hanya dengan perjuangan yang mudah, manis pahit dan getirnya kehidupan telah mereka rasakan, berbagai rintangan dan cobaan hidup telah mereka rasakan dan mereka hadapi. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kalian semua semangat dalam mempersiapkan diri untuk kesuksesan dimasa depan, buatlah orang tua, guru dan sekolah bangga terhadap kalian, jadikan tetesan air matanya sebagai air mata kebahagiaan bukan air mata kesedihan.

                                                                                               

Selasa, 15 November 2011

MEMBIASAKAN BERBUAT BAIK

Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman “Jikalau seseorang hamba itu mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas.” (HR. Bukhari)

Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat bahwa beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi diatas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.

Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka beberapa ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan sholat jum’at sekali sepekan.
Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu dalam memulainya. Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada keinginan untuk menunda, maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang disampaikan Rasulullah saw:
“Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR. Tirmidzi)

Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang fadhilah (kelebihan) dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati, kita juga perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan dalam Al Quran digunakan agar manusia semakin ingat.

Dan sesungguhnya dalam Al Qur’an ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). / Al Israa’ 41

Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda.Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin. sumber 

http://deltapapa.wordpress.com/2011/07/19/membiasakan-berbuat-baik/