- Senin, 12 Agustus 2019
- Nabi Ibrahim adalah salah satu rasul yang mendapat gelar UlulAzmi
karena kesabaran dan ketaatanNya yang luar biasa terhadap ujian dan
perintah yang diberikan Allah kepadaNya. Salah satu kisah yang
menggambarkan kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim As adalah pada saat
beliau mendapat tugas dari Allah untuk menyembelih anakNya yang bernama
Ismail. Perintah tersebut datang dari Allah melalui mimpiNya. Dengan
cara ini Allah menurunkan wahyunya kepada Nabi Ibrahim As. Sebagai
seorang nabi tentu saja Nabi Ibrahim harus menjalankan perintah
tersebut. Meskipun pada saat itu tentu saja Nabi Ibrahim belum melihat
apa yang sebenarnya rencana Allah untuknya. Sebagai seorang nabi tentu
saja beliau yakin bahwa itu adalah rencana yang baik. Namun tetap saja
di dunia ini siapakah orang tua yang rela menyembelih putranya sendiri.
Namun karena keimanan Nabi Ibrahim yang kuat, serta sebagai Nabi tentu
saja beliau harus memberi contoh yang baik kepada umatnya untuk
menjalankan setiap perintah Allah , maka beliau menguatkan niatnya dan
meneguhkan hatinya untuk menjalankan perintah yang sangat sulit
tersebut.
Sebelum kita melangkah jauh pada cerita Nabi Ibrahim menemui Ismail di Makkah, mari kita ingat kembali bagaimana kisah Nabi Ismail pada masa kecilnya. Nabi Ismail sejak kecil dia sudah tidak tinggal bersama Nabi Ibrahim karena wahyu Allah yang memerintahkan Nabi Ibrahim menjauhkan Siti Hajar Istri Keduanya beserta anak mereka yakni Nabi Ismail ke Makkah. Siti Hajar dan Nabi Ismail yang masih kecil ditinggalkan di Makkah yang pada saat itu hanyalah hamparan pasir yang tandus. Tidak ada pepohonan sedikit pun dan tidak ada air sejauh mata memandang. Namun dengan Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim menjalankan perintah yang sangat sulit tersebut. Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan Ismail Putranya hanya dengan meninggalkan beberapa makanan yang tentu saja tidak akan cukup untuk menghidupi anak dan istrinya di padang pasir yang tandus dan tak berpenghuni tersebut. Namun dengan kuat Nabi Ibrahim meninggalkan mereka untuk memenuhi perintah Allah semata,meskipun air mata menetes dari mata beliau. Nah siapa yang tidak tersayat hatinya bila harus melihat anak dan istrinya menangis dan harus meninggalkan mereka di padang pasir yang tandus dan tak berpenghuni. Namun Nabi Ibrahim yakin Allah Lay yang memerintahkan Nabi Ibrahim melakukan semua, maka Allah Lah yang akan melindungi Siti Hajar. Dan Allah melindungi Siti Hajar dan Nabi Ismail. Dalam padang rumput yang tandus Siti Hajar berusaha dengan sekuat tenaga untuk tetap Hidup, Siti Hajar mencari per bolak-balik dari bukit skafa dan arwah untuk mencari makanan dan minuman. Sampai akhirnya bantuan Allah datang melalui malaikat Jibril. Allah memberi Siti Hajar sumber Air yang sampai sekarang masih ada dan disebut dengan Mata Air Zam-zam.
Dari sini sangat jelas bahwa Allah memang tidak akan memberi ujian diluar batas kemampuan hambanya. Nabi Ibrahim adalah Nabi dan Rasul penyandang gelar UlulAzmimaka tidak heran jika ujian yang diberikan Allah pada beliau sangat berat. Maka kita sebagai umat muslim hendaknya mencontoh kesabaran beliau. Memang kita bukan seorang Nabi dan Rasul, namun kita harus selalu percaya bahwa Allah tidak akan memberi cobaan di luar batas kemampuan hambanya.
Setelah nabi Ismail tumbuh dewasa Nabi Ibrahim mendatanginya untuk menjalankan perintah Allah yang selanjutnya, yaitu menyembelih Nabi Ismail Anak kandungnya sendiri putra yang sejak kecil Ia tinggalkan. Dengan penuh keyakinan Nabi Ibrahim berkata pada Nabi Ismail “Hai anakku! Aku telah bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka bagaimanakah pendapatmu?” dan Nabi Ismail yang Soleh dan taat kepada Allah dengan tanpa ragu-ragu menjawab perkataan ayahnya “Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaan dan rasa pedih ku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putra tunggalnya”. Sungguh pasangan ayah dan anak yang begitu hebat. Keduanya adalah sosok manusia pilihan. Kemudian dipeluknya Nabi Ismail as dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata “Bahagialah aku mempunyai seorang putra yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah”.
Hari penyembelihan telah tiba, Nabi Ismail as di ikat dan diletakkan di lantai, dengan berat hati Nabi Ibrahim as mengambil parang, saat itu keduanya tak mampu menahan air mata. Akhirnya dengan memejamkan mata parang di letakkan di leher Nabi Ibrahim dan dilaksanakanlah penyembelihan. Namun ternyata parang yang sudah di tajamkan tersebut menjadi tumpul, kemudian Nabi Ismail as berkata “Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telungkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku”. Nabi Ibrahim menuruti perkataan putranya tersebut nan hal itu tidaklah berguna. Parang itu tetap tumpul dan tak mampu sedikit pun menyakiti Nabi Ismail As. Di sinilah terungkap bahwa apa yang diperintahkan Allah SWT. Tersebut adalah ujian untuk Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail, sejauh mana cinta dan ketan mereka terhadap Allah SWT. Dan mereka membuktikannya, keduanya lulus dari ujian yang maha berat itu. Nabi Ibrahim as telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan putranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail as tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan.
Nabi Ibrahim merasa bingung karena gagal melaksanakan tugas yang diembannya, pada saat itu turun wahyu Allah dengan firmannya : “dan kami panggillah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar”. Kemudian sebagai ganti nyawa Nabi Ismail as yang telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as menyembelih seekor kambing yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher putranya tadi itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berQurban yang dilakukan oleh umat islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.
Dari cerita di atas semoga kita bisa meneladani sifat Nabi Ibrahim As. Dan Nabi Ismail As. Yang begitu Sabar taat dan rela berkorban untuk Allah SWT. Tuhan semesta alam.
Seluruh Admin mengucapkan Hari Raya Idul Adha 1435 Hijriah...
Sumber : http://bdm.um.ac.id/?p=2714
Tidak ada komentar:
Posting Komentar