Dikisahkan dari Taisirul Lathifil Mannan karya Asy-Syaikh As-Sa’di rahimahullah berkisah tentang sekumpulan para pemuda yang diberi taufik dan ilham oleh Allah sehingga mereka beriman dan mengenal Rabb mereka. Kala itu, mereka berada di dalam suatu kaum yang ingkar terhadap Allah dengan menyembah berhala.
Di tengah-tengah kaum seperti itu mereka tetap tegar dengan keimanan yang mereka miliki meski terkadang mereka khawatir akan diganggu. Lalu, mereka berkata dalam surat Al Kahfi ayat 14 yang berbunyi,
”Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Rabb selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang jauh”.
Yang mereka maksud disini adalah jika mereka mengingkari Allah maka mereka termasuk orang-orang yang dzalim, dusta.
Selanjutnya, mereka berkata dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 15 yang berbunyi,”Kaum kami telah mengambil sesembahan selain Dia. Mereka tidak mengajukan alasan yang terang (tentang keyakinan mereka). Siapakah orang yang lebih dzalim daripada orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?”
Dalam ayat ini mereka memahami persoalan di dalam kaum mereka, lalu mereka berdoa kembali kepada Allah dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 10 yang berbunyi, ”Wahai Rabb kami, berilah kami rahmat dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami.”
Akhirnya mereka-pun pergi untuk menyelamatkan diri ke dalam sebuah gua yang sudah disiapkan oleh Allah sebagai tempat perlindungan mereka. Matahari tak bisa langsung masuk ke dalam gua tersebut. Dan, kemudian Allah menidurkan para pemuda tersebut selama ratusan tahun. Allah yang menjaga mereka dengan membuat pagar berupa rasa takut meski gua itu dekat dengan tempat dimana kaum mereka tinggal.
Cara Allah menjaga mereka tertuang dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 18 yang berbunyi, ”Dan kami bolak-balikkan jasad mereka ke kanan dan ke kiri”. Allah melakukan hal tersebut agar jasad mereka tidak rusak oleh tanah setelah tidur sekian ratus tahun lamanya.
Setelah beratus-ratus tahun mereka tertidur, Allah membangunkan mereka agar mereka saling bertanya dan mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi. Dalam Al Quran surat Al Kahfi ayat 19, percakapan mereka berbunyi,
”Berkatalah salah satu seorang dari mereka: ‘Sudah berapa lama kalian menetap disini?’ Mereka menjawab: ’Kita tinggal disini sehari atau setengah hari’. Lalu, yang lain pun menjawab: ‘Rabb kalian lebih tahu berapa lama kalian berada disini. Maka suruhlah seseorang diantara kalian pergi ke kota membawa uang perakmu ini’”.
Dari kisah para pemuda ini dapat diambil beberapa teladan diantaranya:
- Sesungguhnya siapa saja yang berlindung kepada Allah niscaya Allah akan melindunginya dan bersikap lembut terhadapnya, serta menjadikan orang-orang yang sesat mendapat hidayah (petunjuk).
- Anjuran untuk mencari ilmu. Dalam kisah tersebut ketika mereka saling bertanya tentang keadaan mereka.
- Adab kesopanan bagi mereka yang mengalami kesamaran atau ketidakjelasan akan suatu masalah dan hendak mengembalikan kepada yang lebih mengetahuinya.
- Sahnya menunjuk wakil dalam jual beli, seperti dalam kisah saat mereka berkata untuk pergi ke kota dengan membawa uang perak mereka.
- Dari kisah ini, dianjurkan kepada manusia agar berhati-hati atau mengasingkan diri untuk menjauhi tempat-tempat yang menimbulkan fitnah. Dan menyimpan rahasia yang dapat menjauhkan mereka dari kejahatan.
- Dalam kisah ini juga bercerita tentang betapa cintanya para pemuda tersebut dengan agama mereka hingga mereka lebih memilih melarikan diri, bersembunyi di gua dan meminta pertolongan kepada Allah.
Semoga semua umat Islam dapat menjadikan para pemuda Ashabul Kahfi ini sebagai contoh teladan mempertahankan keyakinan agama mereka tanpa takut apapun kecuali Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar