Kamis, 18 Agustus 2011

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين, والصلاة والسلام على أشرف المرسلين. أما بعد

 Bulan ramadhan bulan yang mulia, sebuah momen yang sangat agung dimana Allah -ta'ala- melipat gandakan pahala setiap hamba yang beramal, dan membukakan pintu-pintu kebaikan. bulan yang penuh berkah dan rahmat serta ampunan. Allah berfirman :
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Artinya : "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS Al-Baqoroh : 185)

Bulan dimana pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan dibelenggunya setan-setan. Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bersabda :

إذا جاء رمضان فُتِّحت أبواب الجنة وغُلِّقت أبواب النار وصُفِّدت الشياطين

Artinya : "Jika datang bulan ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu." (Muttafaq 'Alaihi)


Dibukanya pintu-pintu surga dikarenakan banyaknya amalan-amalan sholih dilakukan pada bulan tersebut. dan ditutupnya pintu-pintu neraka dikarenakan sedikitnya amalan kemaksiatan yang dilakukan orang-orang yang beriman pada bulan itu. dan dibelenggunya setan-setan dikarenakan mereka tidak bisa lagi merusak dan menyesatkan manusia sebagaimana pada bulan-bulan yang lain dimana manusia pada waktu itu sedang sibuk melaksanakan amalan-amalan ibadah dan ketaatan.

Dan diantara keutamaan bulan ramadhan adalah sebagaimana yang disabdakan Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- :

أُعْطِيَتْ أمتي خمس خصال في رمضان لم تُعْطَهُنَّ أمة من الأمم قبلها : خلوف فم الصائم أطيب عند الله من ريح المسك , وتستغفر لهم الملائكة حتى يفطروا , ويزين الله كل يوم جنته ويقول : يوشك عبادي الصالحون أن يلقوا عنهم المؤونة والأذى ويصيروا إليك , وتصفد فيه مَرَدَة الشياطين فلا يخلصون إلى ما كانوا يخلصون إليه في غيره , ويغفر لهم في آخر ليلة " , قيل : يا رسول الله أهي ليلة القدر ؟ قال : " لا ولكن العامل إنما يوفى أجره إذا قضى عمله

Artinya : "Diberikan kepada ummatku 5 hal pada bulan ramadhan yang tidak diberikan kepada ummat-ummat sebelumnya : bau mulut seseorang yang berpuasa lebih wangi bagi Allah dari pada wangi misik. dan malaikat-malaikat mendoakan ampunan bagi orang-orang yang berpuasa sampai mereka berbuka. dan Allah menghiasi surga-Nya setiap hari seraya berkata : mereka para hamba-hambaKu yang harus merasakan kesusahan (demi) menuju kepadamu. dan dibelenggunya gangguan-gangguan setan maka setan-setan tidak bisa lagi menyesatkan sebagaimana mereka menyesatkan pada bulan-bulan yang lainnya. dan diampuni (dosa-dosa) mereka disetiap akhir malam. dikatakan kepada Nabi -sholallahu 'alaihi wasallam- : wahai Rosulullah, apakah itu lailatul qodar? beliau menjawab : tidak, akan tetapi setiap orang yang beramal diberi pahalanya kepada mereka setiap selesai mengerjakan amalannya." (HR Ahmad, Al-Bazzar dan Al-Baihaqi dengan sanad yang lemah akan tetapi memiliki saksi-saksi)

Lima keutamaan yang diberikan kepada ummat ini pada bulan ramadhan yang tidak diberikan kepada ummat sebelumnya :

1. Bahwa bau mulut orang yang berpuasa bagi Allah lebih wangi dari pada wangi misik. hal ini karena bau mulut disebabkan oleh amalan ketaatan yaitu puasa. akan tetapi bukan berarti seseorang yang berpuasa kemudian menyepelekan kebersihan mulutnya sehingga dapat mengganggu orang lain disekitarnya. dikarenakan bau tersebut tidak dapat dihindarkan pada waktu puasa, maka setiap orang yang berpuasa harus berusaha semaksimal mungkin agar orang disekitarnya tidak terganggu oleh bau mulutnya.

2. Bahwa para malaikat mendoakan ampunan untuk orang-orang yang berpuasa hingga mereka berbuka. dan malaikat adalah makhluk yang dimuliakan, tidak pernah melanggar perintah-perintah-Nya. dan mereka adalah makhluk yang paling utama untuk dikabulkan doanya.

3. Allah -ta'ala- menghiasi surga-Nya setiap hari agar lebih menarik bagi orang-orang yang beramal. agar lebih menyemangati mereka untuk terus mengamalkan ketaatan. karena puasa, mereka dijauhkan dari kenikmatan-kenikmatan dunia dan harus menanggung kesusahan akibat puasa. ini dilakukan dengan harapan untuk menggapai surga.

4. Bahwa setan-setan dibelenggu sehingga tidak bisa mengganggu dan menyesatkan orang-orang yang beriman sebagaimana mereka mengganggu pada bulan-bulan selainnya. karena Allah mengutamakan bulan ramadhan dengan ibadah dan ketaatan kepada-Nya. sehingga orang-orang beriman pun sibuk dengan amalan mereka.

5. Bahwa Allah mengampuni ummat ini pada tiap akhir malam. sebagaimana yang dijelaskan oleh Rosulullah -sholallahu 'alaihi wasallam- bahwa setiap hamba akan diberi pahalanya setiap selesai mengerjakan amalannya. berarti, pada bulan ini, setiap hamba akan diampuni jika mereka telah mengerjakan apa yang diperintahkan kepada mereka dari berpuasa dan melaksanakan amalan-amalan yang lainnya.

Itulah beberapa keutamaan bulan suci ramadhan yang akan datang sebentar lagi. sehingga kita harus benar-benar mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan niat yang lurus dan jiwa yang bersih, karena semua amalan ketaatan sangatlah berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.


Senin, 08 Agustus 2011

Bahagia Bersama Ramadhan (4) Bahagia saat Buka Puasa di Bulan Ramadhan

Bahagia saat berbuka puasa di bulan Ramadhan
Waktu berbuka adalah saat yang penuh bahagia, waktu yang selalu dinanti-nanti oleh orang yang sedang menjalankan ibadah puasa; terutama pada detik-detik menjelang berbuka, menjelang beduk berbunyi, rasanya sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Perasaan gembira dan bahagia memenuhi seluruh rongga, jiwa dan raga, dan ketika waktu berbuka tiba, semakin terasa kegembiraan dan kebahagiaan yang meliputi setiap jiwa.


Perasaan itu pula yang digambarkan oleh Rasulullah saw bahwa orang yang berpuasa akan mendapat dua kebahagiaan, seperti sabdanya:
لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ
“Orang yang berpuasa itu akan mendapat dua kegembiraan. Yang pertama gembira ketika berbuka, dan yang kedua gembira ketika berjumpa dengan Tuhannya di kemudian hari nanti.” (Bukhari dan Muslim).
Walaupun pada berbuka hanya dengan segelas air putih, akan tetapi terasa begitu nikmat ketika meminumnya. Bahkan lebih nikmat bila dibandingkan dengan meminum segelas kopi susu atau teh manis bagi orang yang tidak puasa. Bagaimanakah caranya agar orang yang berpuasa mendapat dua kebahagiaan sekaligus, seperti yang disebutkan oleh Rasulullah serta mendapatkan nikmat sehat dan bugar setelah puasa? Mari ikuti beberapa tips berikut!!
1. Awali dengan doa
Setidaknya ketika akan berbuka bacalah bismillah. Dan akan lebih bagus lagi, diiringi dengan doa. umpamanya doa sebagai berikut:
اللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ، ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Ya Allah, untuk-Mu aku berpuasa, kepada-Mu kami beriman, dan karena rezki-Mu aku berbuka, telah hilang rasa haus dan urat – urat telah basah serta pahala telah ditetapkan, insya Allah”
Para ulama hadits memang memposisikannya sebagai hadits mursal karena Mu’adz bin Zuhrah adalah seorang tabiin bukan seorang sahabat, jadi ada sanadnya yang terputus antara sahabat dan tabiin sehingga haditsnya dikategorikan daif.
Namun ibrah yang ingin kita ambil di sini adalah bahwa hal-hal yang berkaitan dengan fadhail a’mal (keutamaan perbuatan), termasuk di dalamnya masalah doa yang dibolehkan untuk membacanya dengan bahasa apa saja walaupun tidak ma’tsur (sesuai dengan bacaan Rasulullah saw), karena Allah maha mengetahui maksud dan keinginan dari hamba-hamba-Nya pada saat berdoa.
Dan akan bertambah bagus lagi, setelah berbuka, dan setiap selesai makan, membaca doa sebagai berikut:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَطْعَمَنَا وَسَقَانَا وَجَعَلَنَا مُسْلِمِينَ
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan dan minum kepada kami. Dan jadikanlah kami dari golongan orang-orang yang muslim –yang bersyukur-” (Abu Daud)
2. Menyegerakan berbuka
Maksud dari menyegerakan berbuka disini bukan berarti berbuka sebelum waktunya, tetapi ketika tiba waktunya langsung berbuka. Jangan menunda dengan mengerjakan shalat Maghrib terlebih dahulu baru berbuka. Sebab yang demikian itu tidak akan menambah pahala. Berbukalah terlebih dahulu dengan memakan beberapa buah kurma atau seteguk air putih. Dan yang demikian itu yang disebut dengan ta’jil puasa (menyegerakan buka puasa), yang hukumnya adalah sunah.
Menyegerakan berbuka menghasilkan kebaikan. Seperti yang disebutkan dalam hadits nabi saw bahwa beliau bersabda:
لَا يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ
“Agama ini akan terus jaya di muka bumi selama manusia menyegerakan berbuka puasa”. (Abu Daud; Isnadnya shahih)
Dan menyegerakan berbuka merupakan perbuatan yang sangat dicintai Allah. Seperti yang disampaikan oleh nabi saw dalam sabdanya:
ثَلاثَةٌ يُحِبُّهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ تَعْجِيلُ الْفِطْرِ وَتَأْخِيرُ السُّحُورِ وَضَرْبُ الْيَدَيْنِ أَحَدِهِمَا بِالأُخْرَى فِي الصَّلاةِ
“Tiga perkara yang sangat dicintai Allah: menyegerakan buka, mengakhirkan sahur, meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat.” (HR Thabrani).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menyegerakan berbuka puasa yakni membangun perilaku bahkan budaya tepat waktu. Dengan budaya tepat waktu maka akan diperoleh manfaat yang berlipat ketimbang menunda-nunda. Budaya tepat waktu berarti disitu ada kedisiplinan dan komitmen tinggi. Seharusnya makna ini juga dapat kita ambil dari ibadah shalat, mengeluarkan zakat-infak-sedekah, dan pergi haji.
3. Berbuka dengan makanan atau minuman yang manis-manis
Yaitu berbuka dengan ruthab (kurma basah) atau tamar (kurma kering), atau jika tidak ada dengan segelas susu, air putih atau minuman yang manis-manis. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّيَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
“Bahwa Rasulullah saw selalu berbuka dengan beberapa ruthab sebelum melakukan shalat, jika tidak ada ruthab maka dengan beberapa buah tamr, dan jika tidak ada maka dengan beberapa teguk air putih”. (Abu Daud dan Ahmad)
4. Berbuka dengan makanan secukupnya
Rasulullah dalam setiap berbuka atau makan sehari-hari memang tidak pernah terlalu kenyang. Bahkan tidak sampai kenyang. Kurang lebih 2/3 dari perut itu yang diisi, dan 1/3 lagi dikosongkan. Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah dalam salah satu haditsnya, bahwa beliau tidak makan sebelum lapar dan berhenti makan sebelum kenyang. Yang lebih penting untuk diperhatikan dalam berpuasa ini bukan sekadar mengosongkan perut, tapi waktu mengisinya kembali yaitu waktu berbuka perlu diperhatikan; yaitu berlebihan atau kekenyangan ketika menyantap makanan setelah puasa. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Dan makan dan minumlah kamu, akan tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebihan.” (Al-A’raf:31)
5. Memberi makan berbuka kepada sesama

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Bulan di mana amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Sebagaimana sebaik-baik sedekah adalah pada bulan Ramadhan. Seperti yang disabdakan oleh nabi saw:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الصَّوْمِ أَفْضَلُ بَعْدَ رَمَضَانَ فَقَالَ شَعْبَانُ لِتَعْظِيمِ رَمَضَانَ قِيلَ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ قَالَ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ
“Dari Anas berkata; nabi saw ditanya: manakah puasa yang paling utama setelah bulan Ramadhan? Beliau bersabda: puasa bulan Sya’ban untuk memuliakan bulan Ramadhan. Kemudian dikatakan lagi: Manakah sedekah yang paling utama? Beliau bersabda: sedekah pada bulan Ramadhan”. (Tirmidzi).
Di antara sedekah yang dapat mendatangkan pahala besar adalah memberi makan berbuka kepada orang yang berpuasa. Hal ini dijelaskan oleh Nabi saw dalam salah satu haditsnya yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Zaid bin Khalid yang artinya:
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Barangsiapa yang memberikan makan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala sebagaimana yang diperoleh orang yang mengerjakannya dengan tidak dikurangi sedikit pun ganjaran bagi orang yang berpuasa.” (Tirmidzi)